Being A Quiet Girl?
Hampir setiap harinya, gadis itu
menghabiskan waktu di dalam kamar. Duduk di pojokan, menyenderkan punggung di
dinding, sambil mengangkat sebelah kakinya di atas kursi sempit hingga keram
karena terlalu banyak duduk. Pola tidurnya sudah berantakan. Tidur larut malam,
lalu harus bangun untuk sahur, kemudian tidur lagi sebentar. Hidup gadis itu
tidak pernah lepas dari gawai dan internet. Bangun tidur, laptop sudah di depan
mata. Draf tugas perkuliahan sedang menggodanya. Kuliah daring telah mengubah hidupnya
selama pandemi. Ramadhan tahun ini pun terasa sangat berbeda. Jika umumnya
bulan Ramadhan setan yang dikurung, kini manusia jauh lebih dulu dikurung
daripada setan. Karena terkadang perilaku manusia jauh lebih biadab dari setan.
Hingga setan pun terheran-heran dibuatnya.
Gadis itu, bahkan sebelum pandemi, memang
sudah terbiasa mengisolasi diri. Gadis itu sudah profesional dalam hal ini.
Namun, dia benar-benar bosan!
Gadis itu terkenal pendiam, kalem, tertutup,
dan tidak bisa marah. Hingga orang pun segan mengajaknya berbicara, takut tidak
ada umpan balik diterimanya. Ada seribu bahkan lebih fakta yang tidak diketahui
banyak orang tentang gadis itu. Ia sebenarnya orang yang hangat dan merupakan
pendengar yang baik. Gadis itu memiliki perasaan loyal, entah terhadap teman
dekatnya atau bahkan pujaan hatinya. Gadis itu memiliki sejuta pemikiran
terpendam, entah karena ia sering membaca artikel-artikel tentang isu terkini, sejarah-sejarah
yang tidak pernah diajari di sekolah, pengetahuan umum, atau buku-buku dengan
selera agak nyeleneh. Jika pada umumya gadis berusia remaja hingga 20-an
menyukai genre romantis dengan pemeran utama laki-laki muda tampan, bertubuh
atletis, dan seorang CEO atau pengusaha sukses, justru gadis ini malah menyukai
genre detektif, science-fiction, konspirasi, dan sejenisnya. Meski gadis itu
tahu, ia bukan satu-satunya perempuan dengan selera semacam ini. Sesekali ia
iseng membaca novel percintaan, kemudian terhanyut ke dalamnya, dan jatuh cinta
juga dengan si pemeran pria. Dasar wanita.
Menjadi pendiam itu tidak mudah. Gadis itu
terkadang tidak dianggap ada oleh orang-orang di sekitarnya. Ia telah berubah
wujud menjadi manusia yang bisa menyublim, atau menyatu dengan unsur-unsur
udara seperti oksigen, nitrogen, karbon dioksida, atau mungkin sudah berubah
menjadi golongan Casper. Gadis itu dinilai kaku dalam sosial, memang
benar. Ia sebetulnya ingin berteman, tetapi kadang orang bersikap acuh tak
acuh.
Katanya, pendiam itu memiliki beberapa
fakta menarik, namun ada juga kekurangannya. Ia merupakan sosok pendengar yang
baik, pengamat lingkungan sekitar dan memiliki empati tinggi, namun kontradiksi
dengan anggapan sosial bahwa pendiam itu sombong dan apatis. Orang sungkan
untuk berbicara dengan gadis itu, namun hei! Gadis itu sebenarnya ingin bicara,
namun dia khawatir jika pembicaraannya tidak akan ditanggapi dengan baik oleh
lawan bicaranya. Meski ada beberapa hal yang memang harus dilawan oleh gadis
itu, yaitu ketakutan dan rasa tidak percaya diri dalam menyampaikan pendapat.
Padahal, sekalinya
gadis itu berpendapat, tak jarang orang menanggapinya dan setuju. Itu membuat
si gadis senang bukan kepalang. Mungkin... sebenarnya orang-orang menunggu
pendapat dari gadis itu? Karena ada anggapan pendiam itu sekalinya berbicara, ucapannya
berkualitas. Setidaknya itulah yang membuat si gadis menjadi lebih percaya diri
dan berusaha keluar dari zona nyamannya sebagai follower. Gadis itu harus
menjadi pencetus. Ia harus bangkit melawan zona nyamannya sendiri. Ia harus
mengeluarkan sejuta potensinya yang selama ini terpendam. Saatnya tunjukkan
pada dunia.
Kepribadian seseorang terbentuk dari lingkungannya, meski terkadang bisa memilih mau jadi sosok seperti apa. Gadis itu tidak memilih untuk menjadi pendiam. Jika ia bisa memilih, ia ingin menjadi sosok yang supel namun berhati-hati dalam bicara.
Tidak selamanya seorang pendiam harus
menerima stigma yang buruk. Dibalik keterbatasannya seorang pendiam sebenarnya
menyimpan banyak ide yang brilian. Hanya saja dalam lingkungan sosialnya
seorang pendiam harus mampu berkembang untuk lebih adaptif. Tidak ada salahnya
mencoba sesuatu hal baru -idntimes
Komentar
Posting Komentar